Obat Anestetik
Istilah anestetik dikemukakan pertama kali oleh O.W.
Holmes yang artinya tidak ada rasa sakit. Anestetik dibedkan menjadi 2 kelompok
yaitu
1.
Anestetik lokal yaitu penghilang rasa sakit
tanpa disertai hilang kesadaran
2.
Anestetik umum yaitu penghilang rasa sakit
yang disertai hilangnya kesadaran.
Sejak dahulu sudah dikenal tindakan anestesi yang
digunakan untuk mempermudah tindakan operasi. Orang Mesir dahulu menggunakan
narkotik, sedangkan orang cina menggunakan Canabis indica dan pemukulan kepala
dengan tongkat untuk menghilangkan kesadaran. Hal ini tidak memberikan
keuntungan. Tahun 1776 ditemukan anestetik gas pertama yaitu N2O, tetapi
anestetik gas ini kurang efektif sehingga diusahakan mencari zat lain.
Mekanisme kerja obat anestesi umum sampai sekarang belum
jelas, meskipun mekanisme kerja susunan saraf pusat dan susunan saraf perifer
mengalami banyak kemajuan pesat, maka timbullah berbagai teori.
Beberapa teori yang dikemukan adalah
1. Teori koloid, zat
anestesi akan menggumpalkan sel koloid yang menimbulkan anestesi yang bersifat
reversibel diikuti dengan proses pemulihan. Christiansen (1965) membuktikan
bahwa pemberian eter dan halotan akan menghambat gerakan dan aliran protoplasma
dalam amuba.
2. Teori lipid, Ada
hubungan kelarutan zat anestetik dalam lemak dan timbulnya anestesi. Makin
tinggi klerutan dalam lemak makin kuat sifat anestestetiknya. Teori ini cocok
untk obat anestetik yang larut dalam lemak.
3. Teori adsorpsi dan tegangan permukaan, Pengumpulan zat anestesi pada permukaan sel
menyebabkan proses metabolismadan transmisi neural terganggu sehingga timbul
anestesi.
4. Teori biokimia, pemberiaan
zat anestesi invitro menghambat pengambilan oksigen di otak dengan cara
menghambat sistem fosforilasi oksidatif. Akan tetapi hal ini mungkin hanya
menyertai anestesi bukan penyebab anestesi.
5. Teori neurofisiologi, pemberian zat anestesi akan menurunkan
transmisi sinaps di ganglion cervicalis superior dan menghambat formatio
retikularis asenden untuk berfungsi mempertahankan kesadaran.
6. Teori fisika zat anestesi dengan air di dalam susunan
saraf pusat dapat membentuk mikrokristal sehingga menggangu fungsi sel otak.
Semua zat anestesi umum menghambat susunan saraf secara
bertahap, mula-mula fungsi yang kompleks akan dihambat dan yang paling akhir
adalah medula oblongata yang mengandung pusat vasomotor dan pusat pernafasan
yang vital. Guedel (1920) membagi anestesi umum dengan eter menjadi 4 stadium:
- Stadium I (analgesia) yaitu stadia mulai dari saat pemberian zat anestesi hingga hilangnya kesadaran. Pada stadia ini penderita masih bisa mengikuti perintah tetapi rasa sakit sudah hilang
- Stadium II (delirium/eksitasi) yaitu hilangnya kesadaran hingga permulaan stadium pembedahan. Pada stadium ini terlihat jelas adanya eksitasi dan gerakan yang tidak menurut kehendak, seperti tertawa, berteriak, menangis, menyanyi, gerakan pernafasan yang tak teratur, takikardia, hipertensi hingga terjadinya kematian, sehingga harus segera dilewati
- Stadium III yaitu stadia sejak mulai teraturnya lagi pernafasan hingga hilangnya pernafasan spontan. Stadia ini ditandai oleh hilangnya pernafasan spontan, hilangnya refleks kelopak mata dan dapat digerakkannya kepala ke kiri dan kekanan dengan mudah. Stadia ini dibagi lagi menjadi 4 tingkat yaitu
- Tingkat I : pernafasn teratur, spontan, gerakan bola mata tak teratur, miosis, pernafasan dada dan perut seimbang. Belum tercapai relaksasi otot lurik yang sempurna
- Tingkat II : pernafasan teratur tetapi kurang dalam dibandingkan tingkat I, bola mata tak bergerak, pupil melebar, relaksasi otot sedang, refleks laring hilang.
- Tingkat III: pernafasan perut lebih nyata daripada pernafasan dada karena otot interkostal mulai mengalami paralisis, relaksasi otot lurik sempurna, pupil lebih lebar tetatpi belum maksimal
- Tingkat IV: pernafasan perut sempurna karena kelumpuhan otot interkostal sempurna, tekanan darah mulai menurun, pupil sangat lebar dan refleks cahaya menghilang.
4. Stadium IV (Paralisis mediula oblongata)
yaitu stadium dimulai dengan melemahnya pernafasan perut dibanding stadoium III
tingkat 4, tekanan darah tak terukur, jantung berhenti berdenyut dan akhirnya
penderita meninggal.
Sebelum diberikan zat anestesi pada pasien diberikan medikasi preanestesi dengan tujuan untuk mengurangi kecemasan, memperlancar induksi, merngurangi keadaan gawat anestesi, mengurangi timbulnya hipersalivasi, bradikardia dan muntah sesudah atau selama anestesia. Untuk tindakan ini dapat digunakan.
- analgesia narkotik untuk mengurangi kecemasan dan ketegangan, mengurangi rasa sakit dan menghindari takipneu. Misalnya morfin atau derivatnya misalnya oksimorfin dan fentanyl.barbiturat biasanya diguankan untuk menimbulkan sedasi. Misalnya pentobarbital dan sekobarbital.
- Antikolinergik untuk menghindari hipersekresi bronkus dan kelenjar liur terutama pada anestesi inhalasi. Obat yang dapat digunakan misalnya sulfas atropin dan skopolamin.
- Obat penenang digunakan untuk efek sedasi, antiaritmia, antihistamin dan enti emetik. Misalnya prometazin, triflupromazin dan droperidol
Anastetik Umum
Obat-obat anestesi umum yang digunakan dapat
dikelompokkan menjadi
1. kelompok inhalasi (gas) :
Nitrous oksida (N2O), siklopropan, eter, enfluran, isofluran, halaotan,
metoksifluran, trikoretilen, etil klorida, fluroksen.
2. Anestesi parenteral (injeksi) dibagi menjadi
beberapa golongan yaitu
a.
Barbiturat, bekerja dengan blokade sistem
stimulus di formasio retikularis sehingga kesadaran akan hilang. Efek samping
yang dapat terjadi adalah depresi pusat nafas dan menurunnya kontraktilitas
otot jantung. Contoh obatnya adalah natrium tiopental, ketamin.
b.
Droperidol dan Fentanil digunakan untuk
menimbulkan analgesia neuroleptik dan anestesia neuroleptik (bila digunakan
bersama N2O)
c. Diazepam, obat ini
menyebabkan tidur dan penurunan kesadaran yang disertai nistagmus dan bicara
lambat, tetapi tidak berefek analgesia sehingga harus dikombinasi dengan
obat-obat analgesia.
d.
Etomidat merupakan anestetik non barbiturat
yang digunakan untuk induksi anestesi tetapi tidak berefek analgesia. Etomidat
hanya menimbulkan efek minimal terhadap sistem kardiovaskular dan pernafasan.
Efek anestesinya berlangsung segera, dalam waktu 1 menit pasien sudah tidak
sadar.
Efek samping anestesi umum yang dapat terjadi
adalah depresi miokardium dan hipotensi (anestesi inhalasi), depresi nafas
(terutama anestesi inhalasi), gangguan fungsi hati ringan, gangguan fungsi
ginjal, hipotermia dan menggigil pasca operasi, batuk dan spasme laring serta
delirium selama masa pemulihan.
Anastetik lokal
Obat anestetik lokal adalah obat yang
menghambat hantaran saraf bila dikenakan secara lokal pada jaringan saraf
dengan kadar cukup. Obat ini bekerja pada setiap bagian saraf. Pemberian
anestetik lokal pada kulit akan menghambat transmisi impuls sensorik,
sebaliknya pemberian anestetik lokal pada batang saraf menyebabkan paralisis
sensorik dan motorik di daerah yang dipersarafinya. Mekanisme kerja anestetik
lokla adalah mencegah konduksi dan timbulnya impuls saraf. Tempat kerjanya
terutama di membran sel
Obat anestetik lokal dikelompokkan menjadi
- Kokain
- Anestetik lokal sintetik seperti prokain, lidokain , butetamid, dibukain, mepivakain, tetrakain dan sebagainya.
Tehnik pemberian anestetik lokal dapat berupa
1. anestetik permukaan yaitu penyuntikan obat
anestetik secara permukaan misalnya pada kulit, selaput lendir mulut, faring
dan esofagus
2. anestetik infiltrasi yaitu penyuntikan untuk
menimbulkan anestesi pada ujung saraf melalui kontak langsung dengan obat. Cara
anestesi infiltrasi yang sering digunakan adalah ring block.
3. anestetik blok yaitu anestesi bertujuan untuk
mempengaruhi konduksi saraf otonom maupun somatis dengan anestesi lokal. Hal
ini bervariasi dari blokade pada saraf tunggal misalnya saraf oksipital,
pleksus brachialis, sampai ke anestesia epidural dan spinal.
4. anestetik spinal yaitu anestesi blok yang
lebih luas.
Obat Analgesik
Obat analgesik antipiretik serta obat antiinflamasi non
steroid (AINS) merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa
obat sangat berbeda secara kimia. Mekanisme kerja obat analgesik adalah
menghambat ensim siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat menjadi
PGG2 terganggu dan reaksi inflamasi akan tertekan.
Obat-obat analgesik ini juga mempunyai sifat antipiretik
dan antiinflamasi, tetapi ada perbedaan dari masing-masing obat, contohnya
parasetamol bersifat antipiretik dan analgesik tetapi sifat antiinflamasinya
lemah sekali.
Efek samping obat-obat analgesik yang paling sering
adalah iritasi pada lambung hingga tukak lambung, gangguan fungsi trombosit
akibat penghambatan biosintesa tromboksan A2 (TXA2) dengan akibat
perpanjangan waktu perdarahan, gangguan fungsi ginjal dan fungsi hati pada
pemamakaian lama dan reaksi alergi.
Obat-obat yang tergolong analgesik adalah salisilat,
paraaminofenol (fenasetin dan asetaminofen atau parasetamol), pirazolon
(antipirin, aminopirin, dipiron), fenilbutazon dan oksifenbutazon. Obat AINS
yang lainnya adalah asam mefenamat dan meklofenamat, diklofenak, fenbufen, ibuprofen,
ketoprofen, nafroksen, indometasin, piroksikam.
Hi, Nice blog Anda. Anda harus berbagi blog Anda di situs jejaring sosial untuk meningkatkan lalu lintas!
BalasHapusSaya suka Blog Anda dan ini adalah milikku, ikuti dan seperti fanpage
http://howtodownloadinstagram.blogspot.com/