FARMAKOKINETIKA

Moh Rivaldi
0

FARMAKOKINETIKA

Dalam artikel kali ini yang akan di sajikan adalah materi farmakokinetika, Selamat membaca


PENDAHULUAN

Pola pengontrolan kualitas dan pemakaian klinik obat “ nasib obat dalam tubuh “ disebut "Fammakokinetika". Farmakokinetika" adalah ilmu yang mempelajari kinetika obat, yang dalam hal ini berarti kinetika obat dalam tubuh. Proses-proses farmakokinetika adalah : absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Untuk memahami kinetika obat dalam tubuh tidak cukup hanya dengan menentukan dan mengetahui perkembangan kadar atau jumlah senyawa asalnya saja (unchanged compound), tetapi juga meliputi metabolitnya. Bagian tubuh di mana konsentrasi/jumlah obat dan atau metabolitnya ditentukan biasanya darah (plasma/serum), ekskreta (urin, faeses, ludah, dan lain- lain), atau jaringan tubuh lain.

TUJUAN FARMAKOKINETIKA :

Mempelajari farmakokinetika bertujuan untuk
  • memprakirakan kadar obat dalam plasma , darah, jaringan, dan urin pada berbagai pengaturan dosis,
  • Menghitung pengaturan dosis optimum untuk tiap penderita secara individual,
  • Memperkirakan kemungkinan akumulasi obat dan/atau metabolit-metabolit.
  • Menghubungkan konsentrasi obat dengan aktivitas farmakologik atau toksikologi.
  • Menilai perubahan laju atau tingkat availabilitas antar formulasi (bioekivalensi)
  • Menggambarkan perubahan faal atau penyakit yang mempengaruhi absorpsi, distribusi atau eliminasi obat.
  • Menjelaskan interaksi obat.

KEGUNAAN FARMAKOKINETIK

  • Bidang farmakologi

Mekanisme kerja suatu obat dalam tubuh, khususnya untuk mengetahui senyawa yang mana yang sebenarnya bekerja dalam tubuh; apakah senyawa asalnya, metabolitnya atau kedua-duanya. Jika efek obat dapat dinilai secara kuantitatif, data kinetika obat dalam tubuh sangat penting artinya untuk menentukan hubungan antara kadar/jumlah obat dalam tubuh dengan intensitas efek yang ditimbulkannya. Dengan demikian daerah kerja efektif obat (therapeutic window) dapat ditentukan.

  • Bidang Farmasetika

Bidang farmasetika, farmakokinetika berguna menilai ketersediaan biologis (bioavailability) suatu senyawa aktif terapeutik dari sediaannya (sediaan yang diberikan secara ekstravaskular) yang dipakai dalam pembuatan suatu sediaan dapat mempengaruhi ketersediaan biologis zat aktif dari sediaan tersebut, Sedangkan ketersediaan biologis zat aktif akan menentukan efektivitas terapeutik dari sediaan yang bersangkutan. Membantu menentukan pilihan bentuk sediaan yang paling cocok/baik untuk dibuat.

MODEL FARMAKOKINETIKA

Dalam dunia farmakokinetika akan dijumpai apa yang disebut dengan model. Model paling sering dipakai adalah model kompartemen. Model-model tadi hanyalah suatu representasi matematika yang tidak bisa dihubungkan dengan keadaan fungsi- fungsi tubuh.
  • MODEL KOMPARTEMEN :
Suatu kondisi atau keadaan tubuh direpresentasikan ke dlm bentuk kompartemen/bagian Tiap kompartemen mempunyai besar volume (isi) yg disebut Volume Distribusi Nasib obat sesudah diminum adalah didistribusikan ke seluruh tubuh oleh cairan tubuh ( darah), tetapi kita tidak dapat mengetahui dengan pasti kemana dan berapa jumlahnya pada jaringan penerima distribusi.
imageimage
Dengan mengeahui harga parameter farmakokinetika dan model kompartemen berapa yang dimiliki obat, maka dapatlah dihitung berapa dosis boat dan berapa selang waktu pemberian obat pada pemakaian ganda. Obat akan bekerja dengan manjur jika kadarnya berada pada diatas konsentrasi minimum efektif (MEC) tapi dibwah konsentrasi maksimum yang dapat menimbulkan gejala keracunan (MTC). Makin dekat jarak antara MEC dengan MTC maka perhitungan farmako kinetika dilakukan dengan teliti.
imageimageimage


Gambar Bentuk Umum Kurva perkembangan dalam darah menurut model satu kompartemen
setelah memberian obat secara intravena (A)
image

Infus, dimana infus dihentikan sebelum kesetimbangan tercapai (B1)
image

Infus, Dimana infus dihentikan setelah kesetimbangan tercapai (B2)
image

Secara extramuskular (oral, rektal dan lain lain)
imageimageimage

Pofil Perkembangan kadar obat dalam darah dapat dibagi dalam 3 katagori 
  1. Profil kinetika, dimana obat dimasukan sekaligus ke dalam sistem peredaran darah (misalnya secara injeksi Intra-vena)
  2. profil kinetika, dimana obat diberikan secara infus
  3. profil kinetika, dimana obat diberikan secara ekstra vaskular (oral, rektal, dan lain-lain)

Metabolisme

Tipe metabolisme dibedakan menjadi dua bagian yaitu Nonsynthetic Reactions (Reaksi Fase I) dan Synthetic Reactions (Reaksi fase II). Reaksi fase I terdiri dari oksidasi, reduksi, hidrolisa, alkali, dan dealkilasi. Metabolitnya bisa lebih aktif dari senyawa asalnya. Umumnya tidak dieliminasi dari tubuh kecuali dengan adanya metabolisme lebih lanjut. Reaksi fase II berupa konjugasi (glukoronidasi dan sulfatasi) yaitu penggabungan suatu obat dengan suatu molekul lain. Metabolitnya umumnya lebih larut dalam air dan mudah diekskresikan.
Faktor yang mempengaruhi metabolisme obat yaitu induksi enzim yang dapat meningkatkan kecepatan biotransformasi dirinya sendiri, atau obat lain yang dimetabolisme oleh enzim yang sama yang dapat menyebabkan toleransi. Inhibisi enzim yang merupakan kebalikan dari induksi enzim, biotransformasi obat diperlambat, menyebabkan bioavailabilitasnya meningkat, menimbulkan efek menjadi lebih besar dan lebih lama.
Kompetisi (interaksi obat) juga berpengaruh terhadap metabolisme dimana terjadi oleh obat yang dimetabolisir oleh sistem enzim yang sama (contoh alkohol dan barbiturat).
Perbedaan individu juga berpengaruh terhadap metabolisme karena adanya genetic polymorphism, dimana seseorang mungkin memiliki kecepatan metabolisme berbeda untuk obat yang sama.
Metabolit umumnya merupakan suatu bentuk yang lebih larut dalam air dibandingkan molekul awal. Perubahan sifat fisiko-kimia ini paling sering dikaitkan dengan penyebaran kuantitatif metabolit yang dapat sangat berbeda dari zat aktifnya dengan segala akibatnya. Jika metabolit ini merupakan mediator farmakologik, maka akan terjadi perubahan, baik berupa peningkatan maupun penurunan efeknya. Obat akan dieliminasi dari dalam tubuh dalam bentuk metabolitnya. Organ ekskresi utama adalah ginjal yang menghasilkan urin. Namun bisa juga melalui paru-paru, keringat, air liur, feses dan asi .
suatu obat secara klinis, menetapkan dosis dan skema penakarannya yang tepat, perlu adanya sejumlah keterangan farmakokinetik. Khususnya mengenai kadar obat di tempat tujuan kerja (target site) dan dalam darah, serta perubahan kadar dalam waktu tertentu. Pada umumnya besarnya efek obat tergantung pada konsentrasinya di target site dan ini berhubungan erat dengan konsentrasi plasma. Turunnya kadar plasma obat dan lama efeknya tergantung pada kecepatan metabolisme dan ekskresi. Kedua faktor ini menentukan kecepatan eliminasi obat yang dinyatakan dengan pengertian plasma half-life eliminasi (waktu paruh, t1/2) yaitu rentang waktu dimana kadar obat dalam plasma pada fase eliminasi menurun sampai separuhnya. Kecepatan eliminasi obat dan plasma t1/2-nya tergantung dari kecepatan biotransformasi dan ekskresi. Obat dengan metabolisme cepat half life-nya juga pendek. Sebaliknya zat yang tidak mengalami biotrasformasi atau yang diresorpsi kembali oleh tubuli ginjal, dengan sendirinya t1/2-nya panjang .

AUC (Area Under Curve)

AUC (Area Under Curve) adalah permukaan di bawah kurva (grafik) yang menggambarkan naik turunnya kadar plasma sebagai fungsi dari waktu. AUC dapat dihitung secara matematis dan merupakan ukuran untuk bioavailabilitas suatu obat. AUC dapat digunakan untuk membandingkan kadar masing-masing plasma obat bila penentuan kecepatan eliminasinya tidak mengalami perubahan. Selain itu antara kadar plasma puncak dan bioavailabilitas terdapat hubungan langsung .  Plasma half-life merupakan ukuran untuk lamanya efek obat, maka t1/2 bersama grafik kadar-waktu penting sekali sebagai dasar untuk menentukan dosis dan frekuensi pemberian obat yang rasional, dengan kata lain berapa kali sehari.
Obat dengan half-life panjang, lebih dari 24 jam pada umumnya cukup diberikan dosis satu kali sehari dan tidak perlu sampai 2 atau 3 kali. Kecuali bila obat sangat terikat pada protein, sedangkan kadar plasma tinggi diperlukan untuk efek terapeutiknya. Sebaliknya, obat yang dimetabolisasi cepat dan t1/2-nya pendek, perlu diberikan sampai 3-6 kali sehari agar kadar plasmanya tetap tinggi .  Waktu konsentrasi plasma mencapai puncak dapat disamakan dengan waktu yang diperlukan untuk mencapai konsentrasi obat maksimum setelah pemberian obat. Pada tmaks absorpsi obat adalah terbesar, dan laju absorpsi obat sama dengan laju eliminasi. Absorpsi masih berjalan setelah tmaks tercapai, tetapi pada laju yang lebih lambat. Harga tmaks menjadi lebih kecil (berarti sedikit waktu yang diperlukan untuk mencapai konsentrasi plasma puncak) bila laju absorpsi obat menjadi lebih cepat.  Konsentrasi plasma puncak menunjukkan konsentrasi obat maksimum dalam plasma setelah pemberian secara oral. Untuk beberapa obat diperoleh suatu hubungan antara efek farmakologi suatu obat dan konsentrasi obat dalam plasma. Konsentrasi plasma puncak memberi suatu petunjuk bahwa obat cukup diabsorpsi secara sistemik untuk memberi suatu respons terapetik. Selain itu konsentrasi plasma puncak juga memberi petunjuk dari kemungkinan adanya kadar toksik obat.
Volume distribusi (vd) menunjukkan volume penyebaran obat dalam tubh dengan kadar plasma atau serum. Vd tidak perlu menunjukkan volume penyebaran obat yang sesungguhnya ataupun volume secara anatomik, tetapi hanya volume imajinasi dimana tubuh dianggap sebagi 1 kompartemen yang terdiri dari plasma atau serum, dan Vd menghubungkan jumlah obat dalam tubuh dengan kadarnya dalam plasma atau serum. Besarnya Vd ditentukan oleh ukuran dan komposisi tubuh, fungsi kardiovaskular, kemampuan molekul obat memasuki berbagai kompartemen tubuh, dan derajat ikatan obat dengan protein plasma dan dengan berbagai jaringan. Obat yang tertimbun dalam jaringan sehingga kadar dalam plasma rendah sekali, sedangkan obat yang terikat dengan kuat pada protein plasma sehingga kadar dalam plasma cukup tinggi mempunyai vd yang kecil.
Volume distribusi yang diperoleh mencerminkan suatu keseimbangan antara ikatan pada jaringan, yang mengurangi konsentrasi plasma dan membuat nilai distribusi lebih besar, dengan ikatan pada protein plasma, yang meningkatkan konsentrasi plasma dan membuat volume distribusi menjadi lebih kecil. Perubahan-perubahan dalam ikatan dengan jaringan ataupun dengan plasma dapat mengubah volume distribusi yang ditentukan dari pengukuran-pengukuran konsentrasi plasma (Holford, 1998).
Klirens obat adalah suatu ukuran eliminasi obat dari tubuh tanpa mempermasalahkan mekanisme prosesnya. Umumnya, jaringan tubuh atau organ dianggap sebagai suatu kompartemen cairan dengan volume terbatas (volume distribusi) dimana obat terlarut di dalamnya (Shargel, 2005).
Untuk beberapa obat rute pemakaian mempengaruhi kecepatan metabolismenya. Obat-obat yang diberikan secara oral diabsorpsi secara normal dalam duodenal dari usus halus dan ditanspor melalui pembuluh mesenterika menuju vena porta hepatik dan kemudian ke hati sebelum ke sirkulasi sistemik. Obat-obat yang dimetabolisme dalam jumlah besar oleh hati atau oleh sel-sel mukosa usus halus menunjukkan availabilitas sistemik yang jelek jika diberikan secara oral.Metabolisme secara oral sebelum mencapai sirtkulasi umum disebut first pass effects atau eliminasi presistemik (Shargel, 2005).


SmileSmileSmileSmileSmileSmileSmileSmile Smile

Demikian penggalan materi Farmakokinetika yang pernah di ajarkan dosen saya pada waktu kuliah.
Saya menyadari artikel ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran pada teman teman sekalian.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)